Hal yang selalu terpikirkan

Assalamu Alaikum

Saat sakit, saya jadi (terlalu) banyak mikir.
Bukan cuma saat sakit ji, tiap hari memang sering.

Seminggu yang lalu saya tidak ke kampus. Tidak biasanya. Untuk mahasiswa tahun pertama, saya sering sekali ke kampus walaupun tidak ada jadwal kuliah. Ketemu sama teman-teman bikin saya ceria.

Seminggu yang lalu saya tidak ke kampus selama 7 hari. Saya mengerjakan sesuatu yang sangat penting, walaupun saya tahu mungkin bagi orang lain hal yang saya kerjakan itu sangat tidak berguna.

Seminggu yang lalu saya tidak ke kampus selama 7 hari. Padahal, saya punya tanggung jawab bikin design cover kegiatan. Saya tahu, saya payah dan.. tidak bisa diandalkan.

Seminggu yang lalu saya tidak ke kampus selama 7 hari. Padahal, saya harus membantu kegiatan yang akan diadakan oleh prodi. Maaf, saya payah.

21 Juni 2013, saya ke kampus.
Tari punya sepatu baru. Ternyata Tari habis jalan-jalan ke pasar senggol dengan yang lainnya
Tidak ke kampus selama 7 hari bikin saya merasa asing. Saya sudah tidak paham dengan lelucon dan cerita mereka. Mereka bikin rahasia lagi.
Saya memang jarang punya rahasia-rahasiaan dengan yang lain. Saya tidak tahu membaca keadaan.

22 Juni 2013, saya ke kampus.
"Kenapa ko menghilang, Pi'?"
Menghilang memang mungkin kata yang tepat untuk saya.


Hari itu, saya datang ke Japan Korea Exporia di GTC, hari itu lebih menyenangkan. Karena banyak yang datang.
Hari itu ditutup dengan "Kau menghindar, saya dihindari" saat saya mau mengantar Dian pulang.
Saya kira dia mengerti. Dia tidak mengerti. Yokatta..

Jam 10 malam, sms mengejutkan datang dari Wawan. 'Ayahnya Diva meninggal'. Rasanya lemas sekali

23 Juni 2013
Datang ke rumah Diva.
Saat saya mau pulang. Diva memeluk saya. Salah satu dari sedikit orang yang berani memeluk saya. Mungkin ini 'hazukashii', tapi saya benar-benar suka dipeluk. Karena saya kasar, mungkin karena itu.

24 Juni 2013
Sementara yang lain hampir menyelesaikan finalnya, kelas saya masih harus mengikuti kuliah calculus. Saya tidak begitu mengerti dengan kuliah hari ini.

25 Juni 2013
Tanda-tanda sakit sudah muncul. Tapi, saya tidak begitu peduli. Saya tetap ke kampus hari ini untuk menghadiri kuliah calculus lagi.

"Aktif ko, nah, Pi'"
Saya juga berharap bisa aktif di kegiatan ini. Sejak tahu futsal competition jadi kegiatan selanjutnya saya jadi bersemangat, tapi keadaan bahkan kondisi fisik saya terlalu lemah. Saya payah!
Dia bahkan tidak terlalu peduli saya terus-terusan memijit kepala yang sakit.
Memangnya siapa yang peduli!

Sampai di rumah. Saya ambruk.
Kurang tidur selama 7 hari dan memforsir diri, ternyata bikin saya langsung drop. Punya tubuh yang lemah itu, tidak enak.
Siapa yang peduli!

Sms 'ada rapat jam 10 pagi' berebutan masuk ke inbox. Saya bahkan tidak yakin, bisa datang kuliah calculus besok. Maafkan saya. Saya juga ingin aktif di kegiatan ini. Tapi, sekedar kata-kata begini, tidak ada gunanya, kan?

26 dan 27 Juni 2013
Harus tinggal di rumah dan tidak boleh sentuh laptop. Tidak apa-apa. Mata saya juga agak sakit kalau lihat layar. Tapi, ada hal yang belum saya selesaikan.
Sakit seperti ini bukan hanya membuat saya merasa tidak berguna. Saya juga menyusahkan keluarga di rumah. Ah, maafkan saya. Saya payah!

Pipi' sakit.
Memangnya siapa yang peduli?
Tidak!
Saya ingin ada yang peduli.

Terima kasih Pimen, masih mengirimkan program kegiatan.
Terima kasih Ayu', jadi satu-satunya orang yang mau membalas sms saya di saat-saat seperti ini. (Kasian betul (--,) ) "Syafakillah", katanya. Makasih Ayu'.
Terima kasih, Wal. Saya berharap hari ini ada sms yang bikin saya senyum-senyum. Itu sms yang penting!

Saya tadi mau curhat. Tapi, saya benar-benar tidak tahu bagaimana memulainya. (Saya cuma tahu cara memulai cerita baga-baga | kalaupun mulai curhat, saya pasti diketawai dulu. Makanya, biasanya saya langsung berhenti cerita) Kau juga mengabaikannya. Tidak apa-apa. Sms yang bikin senyum saja sudah cukup.

Sejak kecil saya selalu berharap bisa punya teman perempuan.
Bukan berarti saya menyesal berteman dengan laki-laki.
Cara bicara saya kasar, saya bukan orang yang bisa memberikan nasihat kepada teman yang sedang ada masalah. Saya benar-benar tidak tahu apa yang harus saya katakan, apalagi ketika masalah mereka adalah masalah yang belum pernah saya alami.

"Pipi' itu pendengar yang baik", katanya. Tapi.. cuma jadi pendengar itu sepertinya tidak cukup. Lihat saja, mereka pergi.

Saya tidak pernah tahu cara berteman dengan mereka. Perempuan itu hatinya lembut. Sejak insiden waktu smp, saya takut sekali kalau sampai saya menyakiti hati teman perempuan saya. Saya selalu cemburu dengan mereka yang punya teman always together. Teman yang selalu bersama.
Berteman dengan laki-laki, ada batasan-batasan yang tidak boleh saya langgar.
Saya merasa tidak diterima di dua jenis manusia itu. HAH! Saya ini apa? T_T

Saya selalu kehilangan teman-teman. Saya tidak pernah tahu cara menjaga mereka. Yang selalu saya lakukan cuma berusaha sebisa mungkin untuk tetap bisa komunikasi.
(Saya suka belajar psikologi dan bahasa tubuh manusia dari situ saya tahu orang-orang dengan bahasa tubuh yang tidak menyukai saya dan mereka ternyata.. banyak)
Saya selalu merasa keberadaan saya tidak diinginkan.

Comments

  1. Saya senang punya teman seperti kau :")
    Berasa berair mataku baca, pi' :"
    Kenapa tidak pernah bilang langsung, akan lebih menyenangkan kalau cerita tanpa perantara tulisan begini. Saling mendengar suara, saling mencari pandangan, mungkin memang dilarang Tuhan untuk bukan mahram. Tapi, kalau kau mau, saya juga mau. Hehehe...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih, Wal. :')

      Saya nda' pernah tahu cara memulai curhat ^^v
      Saya selalu mau punya teman yang bisa diajak cerita tentang apa saja.

      Delete

Post a Comment

Thanks for Read..
hope you Like and give your comment :D

Popular Posts