Little conversation with Indra and Ardillah
Assalamu Alaikum
Conversation ini sepertinya sudah lama sekali.
Waktu itu (selesai shalat di masjid kampus) saya jalan kembali ke ruang kuliah bersama Indra, entah mengapa saya selalu kikuk kalau cuma berdua, baik itu sama laki-laki atau perempuan.
Saya memulai membahas yang formal sekali, apa hobimu Indra atau apalah. Saya tidak berani mendiskusikan kuliah hari ini. Otak matematikanya itu di atas saya. Takutnya nda' nyambung (--,)
Sampai akhirnya saya menanyakan "Lagu apa mu suka, Indra?"
(Indra mungkin mulai khawatir karena saya terus-terusan bertanya hal-hal random.)
"Tidak ada"
HAH? TIDAK MUNGKIN!
Saya tidak tahu reaksi saya mungkin berlebihan tapi itu benar-benar membuat saya kaget SEKALI.
Maksud saya, saya tiap hari setidaknya, mendengar lagu minimal mi itu 1 lagu setiap hari. Maksud saya, masa' nda' punya lagu kesukaan, lagu religi untuk orang seperti Indra mungkin bisa jadi pertimbangan. Tapi, reaksi saya mungkin memang berlebihan. Kita ada di dimensi yang beda, Indra.
Indra'.. you are Kakkoi! Sugoi! (Oh, iya. Indra' itu perempuan)
Sorenya, setelah jadwal kuliah hari itu sudah tidak ada, saya main ke labkommat dua. Di situ saya bertemu Ardillah, orang dari kelas sebelah ICP Math B. Ini pertama kalinya, saya bicara banyak dengan Ardillah.
Seperti biasa saya suka menanyakan hal-hal random.Hingga akhirnya terjadi barter-barter video. Seperti Indra, Ardillah adalah orang yang religius. Dan dia punya dimensi lelucon yang berbeda dengan dimensi saya. Terkadang saya tidak mengerti leluconnya ketika dia dan Yusran sedang tertawa.
Di tengah barter-barter video itu, saya menawarkan film Umar bin Khattab. Untuk seseorang yang seperti dia, saya pikir film seperti ini akan mudah diterima. Tapi, responnya luar biasa mengejutkan.
"Film tentang apa itu kah?"
"Tentang kehidupannya Umar bin Khattab sebelum sampai setelah jadi Khalifah. Keren!"
"Nda' mau mka' terlalu sering/banyak nonton film yang membuang-buang waktu. Berapa ukurannya itu, ka?"
Oke. Walaupun, kalimatnya tidak ditekankan ke situ. Saya jadi depresi dua hari setelah Ardillah bilang begitu. Jadi, selama saya nonton anime, saya benar-benar banyak membuang waktu. Benarkah? T_T Tapi..tapi.. anime juga berpengaruh di hidup saya. Saya bahkan bersemangat kalau sudah nonton Naruto. Banyak nilai kehidupan di situ.
(Ini adalah jawaban pamungkas ketika ada yang membuat saya drop tentang nonton anime). Saya butuh alasan yang lebih keren..dan tentu saja berarti.
Bicara dengan orang lain itu selalu punya kesan tersendiri untuk saya.
Wanna make a conversation with me? ^^v
Conversation ini sepertinya sudah lama sekali.
Waktu itu (selesai shalat di masjid kampus) saya jalan kembali ke ruang kuliah bersama Indra, entah mengapa saya selalu kikuk kalau cuma berdua, baik itu sama laki-laki atau perempuan.
Saya memulai membahas yang formal sekali, apa hobimu Indra atau apalah. Saya tidak berani mendiskusikan kuliah hari ini. Otak matematikanya itu di atas saya. Takutnya nda' nyambung (--,)
Sampai akhirnya saya menanyakan "Lagu apa mu suka, Indra?"
(Indra mungkin mulai khawatir karena saya terus-terusan bertanya hal-hal random.)
"Tidak ada"
HAH? TIDAK MUNGKIN!
Saya tidak tahu reaksi saya mungkin berlebihan tapi itu benar-benar membuat saya kaget SEKALI.
Maksud saya, saya tiap hari setidaknya, mendengar lagu minimal mi itu 1 lagu setiap hari. Maksud saya, masa' nda' punya lagu kesukaan, lagu religi untuk orang seperti Indra mungkin bisa jadi pertimbangan. Tapi, reaksi saya mungkin memang berlebihan. Kita ada di dimensi yang beda, Indra.
Indra'.. you are Kakkoi! Sugoi! (Oh, iya. Indra' itu perempuan)
Sorenya, setelah jadwal kuliah hari itu sudah tidak ada, saya main ke labkommat dua. Di situ saya bertemu Ardillah, orang dari kelas sebelah ICP Math B. Ini pertama kalinya, saya bicara banyak dengan Ardillah.
Seperti biasa saya suka menanyakan hal-hal random.Hingga akhirnya terjadi barter-barter video. Seperti Indra, Ardillah adalah orang yang religius. Dan dia punya dimensi lelucon yang berbeda dengan dimensi saya. Terkadang saya tidak mengerti leluconnya ketika dia dan Yusran sedang tertawa.
Di tengah barter-barter video itu, saya menawarkan film Umar bin Khattab. Untuk seseorang yang seperti dia, saya pikir film seperti ini akan mudah diterima. Tapi, responnya luar biasa mengejutkan.
"Film tentang apa itu kah?"
"Tentang kehidupannya Umar bin Khattab sebelum sampai setelah jadi Khalifah. Keren!"
"Nda' mau mka' terlalu sering/banyak nonton film yang membuang-buang waktu. Berapa ukurannya itu, ka?"
Oke. Walaupun, kalimatnya tidak ditekankan ke situ. Saya jadi depresi dua hari setelah Ardillah bilang begitu. Jadi, selama saya nonton anime, saya benar-benar banyak membuang waktu. Benarkah? T_T Tapi..tapi.. anime juga berpengaruh di hidup saya. Saya bahkan bersemangat kalau sudah nonton Naruto. Banyak nilai kehidupan di situ.
(Ini adalah jawaban pamungkas ketika ada yang membuat saya drop tentang nonton anime). Saya butuh alasan yang lebih keren..dan tentu saja berarti.
Bicara dengan orang lain itu selalu punya kesan tersendiri untuk saya.
Wanna make a conversation with me? ^^v
More friends make ourself feel better, right? :)
ReplyDeleteThat's right, Wal. ^^
Delete