Hey, Saya Membaca Montase

Assalamu Alaikum

Saya tidak percaya ketika mendapati halaman 357 adalah halaman terakhir dari kisah Rayyi tentang Haru yang bisa saya baca. Haaah~


Saya menutup novel dan memasuki masa transisi antara 'kisah yang sudah saya baca' dan dunia nyata selama beberapa hari. Hahah, itu salah satu kebiasaan konyol saya. Setelah menonton film atau anime, membaca novel atau manga, atau dengar lagu saya akan memasuki masa peralihan dari kisah orang lain ke dunia nyata yang saya alami. Saat itu, saya akan benar-benar tidak stabil. Entah mengapa hal itu tidak terlalu sering terjadi setelah membaca buku-buku pelajaran. (--,)v

Montase, bukankah itu salah satu teknik photography?

Montase seperti ini, kan? Sumber
Nyatanya, di sini montase diambil dari istilah sinematografi yang berarti kumpulan gambar bergerak kemudian membentuk sebuah film. Sangat mewakili novel ini.
Saya suka covernya, sketsa pita seluloid hitam putih. :)

Ini tentang Rayyi yang terjebak dengan 'mimpi yang diarahkan' oleh ayahnya sendiri, seorang produser yang menggarap film-film laris di Indonesia. Sube, Andre, dan Bev. Tentang Rayyi yang bertemu Haru, gadis Jepang kepala angin yang lugu, akhirnya menyadarkan Rayyi tentang mimpi yang seharusnya dijalaninya. Dan lagi-lagi penyakit mematikan jadi alasan kisah ini jadi mengharukan.
Untuk pertama kalinya, saya mendiamkan novel ini selama sehari. Biasanya kalau sudah ketemu bacaan menarik saya akan langsung membacanya. "Kisah cinta". Saya takut 'menyakiti hati'. Tapi, kalimat di halaman sebelum prolog membuat saya tertarik dan mulai semangat membacanya.


Mimpi yang diarahkan. Kamera. Film. Sakura. Jepang. Cinta.
Rayyi yang merasa tidak punya pilihan akan masa depannya.
Semua hal itu membuat saya tertarik.


Dan ada banyak yang membuat saya terkekeh-kekeh, diantaranya saat si penulis Windry Ramadhina mendefinisikan otaku sebagai manusia-manusia aneh penggila anime Jepang, juga saat mengungkapkan rules tentang perempuan yang benar adanya.


Terima kasih, Haru.
Haru yang selalu berjuang.
Haru yang selalu percaya bahwa hidup ini indah.
Suteki da ne? Kono raifu. :)
Lewat Haru, saya bersemangat untuk meraih impian yang sudah saya putuskan.
Terima kasih juga  Awal. Karena mengenalkan novel yang membuat saya lebih bersemangat.
Apa kalian sudah membaca reviewnya Awal? Dia lebih jago dalam hal ini.


Gara-gara masa transisi ini saya terlambat mengembalikan novelnya ke Awal.
Maaf Awal.

*Saya jadi tertarik untuk membaca karangan Windry Ramadhina yang lain setelah melihat covernya yang sarat dengan kamera. ^^

Comments

Popular Posts