Maaf Saya Kasar Maafkan

Assalamu Alaikum

Maafkan.
Maaf teman-teman.

"Sebal knpa ko??? tak spantasnya sebal mu...", Deg. Kaget sekali saat Iwan menegur saya.

Saya baru sadar. Itu kasar. Benar-benar kaget.

Maafkan teman-teman.
Saya tidak tahu jadinya fatal begini. Semalam saya bermasalah di rumah. Masalah yang benar-benar membuat pertahanan saya runtuh. Semua tentang keyakinan dan menguatkan, luntur dalam waktu semalam. Saya jadi melampiaskannya pada kalian. Benar-benar keterlaluan. Maafkan saya.

Saya tidak tahu jadinya fatal begini. Semuanya jadi di luar kendali. Menyindir dan semacamnya saya lakukan di jejaring sosial. Benar-benar labil! Tari sampai bikin tweet khusus no mention untuk saya.

Saat bangun pagi, saya memang masih benar-benar sebal. Bukan karena tidak diajak nonton sama teman-teman. Tapi, karena masih masalah di rumah semalam.

Teman yang baik itu benar-benar ada, ya. Kepercayaan itu selalu timbul tenggelam. Apalagi saat merasa sendiri. Tapi, nyatanya mereka benar-benar ada.

Walau sebenarnya saya sedikit khawatir karena Erick meretweet bagian ini. (--.)

Tapi, ada Awal yang minta maaf mengatakan tidak bermaksud berbagi bahagia, kami teman mu kami mengerti. (Tweetnya tidak sengaja saya hapus. Maafkan)
Juga Ramdhan,
Tari yang begitu cepat memaafkan. Dan tentu saja Iwan yang membuat saya sadar dan tenang kembali. Terima kasih banyak. Kalian benar-benar teman yang sebenarnya.
Di saat saya kalut sendirian.
Saat khawatir, sedih, apapun perasaan yang tidak mengenakkan itu. 


Maafkan saya.
Terkhusus untuk Tari, Iwan, Awal, dan Ramdhan juga Erick. Maaf karena mengecewakan kalian.

Apa ini takdir?
Saya jadi sadar. Saya belum cukup dewasa untuk hadapi semuanya. Saya tahu, ini bisa jadi alasan kenapa saya belum pantas disukai. Bahkan, untuk jadi seorang teman pun.


Sedang bersedih takut tidak punya teman lagi.
Sedang membayangkan hal buruk.
Apa saya sudah jelek di mata mereka?
Apa saya masih bisa ikut cerita dan berteman?

Comments

Popular Posts