Surat Untuk Awal di Akhir Tahun
Assalamu Alaikum,
Surat untuk Awal di akhir tahun.
Surat untuk Awal di akhir tahun.
Hai, Wal.
Sekarang, setelah memulai kembali semuanya di sini bagaimana kau memandang hidup?
Pertanyaan merepotkan itu tidak harus kau jawab.
Kau tahu?
Sekarang saya banyak cemburu padamu.
Tentang pengakuan Tami di blognya, kau menginspirasi Tami untuk mengisi blognya lagi. Kau menginspirasi orang lain!
Tentang cerita Tari, katanya sekarang kau sudah diberi tanggung jawab untuk meliput berita yang punya kemungkinan jadi headline news.
Tentang kenyataan yang saya dapatkan dari tes jadi asisten di jurusan. Namamu ada di peringkat satu. Mengalahkan Iwan, Abdul, Ramdhan, Yusran, teman-teman yang lulus tes. Apalagi saya. Saya berada di peringkat paling bawah.
Tentang kau yang beberapa kali menyukai seseorang. Siapa nama mereka? Geometri, Trigon, Calculus, siapa lagi? Walau mengaku tidak menyukai mereka di saat yang tidak bersamaan, hal ini belum bisa saya mengerti. Saya hanya bisa menyukai satu, dan entah ini kelebihan atau kekurangan, saya bisa menyukainya dalam waktu yang lama. Saya tidak paham dengan 'koleksi dulu baru seleksi'. Saya tidak mengerti. Tapi, saya mengerti satu hal dengan perasaan sukamu itu. Kau tahu saya suka saat kau menulis tentang orang yang kau sukai. Saya lupa pernah mendengar ini dimana, tapi saya melihatnya ini didirimu, Wal. Kau menyukai seseorang seperti menyukai sebuah perpustakaan. Di dalamnya penuh cerita dalam diam. Dan itu membuat mereka, orang-orang yang kau sukai jadi begitu sangat berharga. Tidak salah jika di blog lamamu, dengan pedenya kau menganggap suatu hal yang sangat membahagiakan bisa disukai olehmu.
Tentang banyak hal yang saya tahu sekarang, sejak kita berkenalan di twitter kala itu. Menjelang pmb universitas, kita dari icp saling mencari-mencari teman yang prodinya sama.
Saat mengetahui kau juga tinggal di kompleks yang sama, Saumata Indah. Dan juga ketika tahu, kau punya blog!
Apa saya pernah bilang padamu? Saya punya kesan yang berbeda pada orang-orang yang punya blog.
Apa saya pernah bilang padamu? Saya sedih sekali saat kau berencana menghapus blogmu untuk alasan yang sampai saat ini sebenarnya belum bisa saya mengerti.
Saat itu saya jadi malas menulis.
Kemudian ketika hal itu terjadi, kau menghapus blogmu, saya benar-benar hiatus menulis blog.
Saya melihat teman-teman dan berharap mereka punya semangat sepertimu, seperti kita, semangat menulis blog, walau hanya cerita tentang keseharian. Itu sudah sangat berharga. (Kau lihat teman-teman sekarang. Mereka punya blog! Pimen, yang mengaku ingin membekukan cerita tentang betapa banyak rasa yang didapatnya di perantauannya, di Makassar. Tentang seseorang yang membuatnya gelisah, dan tentang perasaan baru yang mulai muncul dihatinya sejak para maba cantik mulai bergentayangan setiap hari di kampus. Dian, Dian bahkan memulai blog pertamanya dengan sangat baik. Perasaan kalutnya yang disampaikan begitu jujur. Membangkitkan semangat mereka yang menyukainya. Bahkan, bisa menulis fiksi yang menyenangkan. Dan yang paling tidak bisa disangka, Ramdhan! Ramdhan yang dulu memperkenalkan dirinya belum pernah baca novel, kini bahkan mulai baca novel dan menulis blog. Rasa suka benar-benar sangat mengesankan. Dia bisa berkembang dan jadi sedikit cerewet sekarang.)
Apa kau tahu? Saat kau menghilang di semester dua. Rasanya kampus jadi suram. Walau kau temukan kebahagiaan di tempat lesmu, ada yang kurang di sini. Ditambah lagi Andis dan Imam juga ikut menghilang.
Lalu kau datang dan mulai menulis lagi. Itu berita yang membahagiakan. Kau memulainya dengan sangat baik.
Apa saya pernah bilang padamu? Saya pernah minder padamu, diksimu yang keren bikin tulisanmu jadi bagus.
Tentang kesukaanmu pada korea, saya minta maaf pernah mengejekmu di awal semester secara tidak langsung. "Tidak salah, Awal suka sama korea?", tanya saya pada Ayu yang sangat dekat denganmu. Kau tahu? Di sekolah saya (atau mungkin cuma saya yang berpikir seperti itu) adalah fenomena yang aneh kalau ada seorang laki-laki menyukai korea-koreaan.
Kemudian saya bertemu Agung. Fans berat Bigbang. Hoaa..
Tentang kesukaanmu pada jekeiti ekeibi, saat pertama tahu (kau suka jekeiti) saya tidak menyangka, kau tahu banyak tentang jekeiti ekeibi. Tentang oshimu, si Beby, kau bilang melihat Calculus di Beby. Tapi, saya lebih melihat Dian di wajah Beby. Kau tahu, Wal apa yang terjadi saat saya berkunjung ke kosan Dian? "SEPERTI MEMBER!!", teriak saya tidak mengetahui kalau yang membukakan pintu ternyata Dian tak berjilbab. *Satu lagi. Dian cantik. Dia mirip member. *dicetak miring.
Kau tahu, Wal? Awalnya saya merasa kita bisa berjalan beriringan.
Tapi sekarang kau mulai berjalan lebih cepat, bahkan setengah berlari dengan bakat-bakatmu.
Apa kau ingat episode Sakurasou no Pet no Kanojo saat Kanda Sorata melihat Shina Mashiro berada di anak-anak tangga tertinggi? Kanda melihat Shina yang tidak bisa dilampauinya. Ia terasa begitu jauh.
Tapi, saya tahu. Kau tidak akan meninggalkan saya dan sedang berpaling seperti Shina melihat saya di anak-anak tangga terbawah.
Cibiran "si pendiam yang cerewet di twitter" selalu menghiasi nama belakangmu saat semester satu, gelar "si pecinta diam-diam" yang lengket di tubuhmu itu, juga tentang semua cerita yang membuatmu sedih, saya yakin kau akan jadi lebih hebat dari sekarang. Kau punya banyak hal. Dan akan masih terus berkembang.
Apa kau tahu apa yang pernah terlintas di kepala orang yang sangat malas ini? Kita berjalan beriringan bersama teman-teman.
Apa kau tahu hal yang selalu membuat saya penasaran tentangmu?
"Apa yang membuatmu semangat?"
"Kau yang masih berniat masuk stan, apa yang membuat mu masih bisa bertahan di matematika?"
"Lalu apa yang membuatmu masih bertahan menjalani kehidupan di sini?"
Kau tahu? Saya pernah menanyakan semangat ini pada beberapa teman di kelas. Lalu, Ayu bilang, kalau ingin mencari tahu hal yang saya ingin tahu saya harus bertanya padamu..juga Iwan. Apa yang membuatmu semangat?
Kau tahu? Sebenarnya saya hanya cemburu pada percakapan setiap harimu dengan Tari. Dengan cerita kedekatan Iwan, Abdul, Ramdhan dengan kakak-kakak asisten.
Saya juga ingin melakukan sesuatu. Sepertimu. Seperti teman-teman.
Saya tahu hari ini bukan hari ulang tahunmu. Tapi saya berharap semoga yang baik-baik selalu datang padamu.
Saya berharap suatu hari saya bangun pagi di salah satu apartemen London melanjutkan bacaan semalam ditemani secangkir Capuccino, kopi kesukaanmu. Di sampul buku itu tertulis, "Best Seller, karya Awal Hidayat".
"Tapi, saya tahu. Kau tidak akan meninggalkan saya dan sedang berpaling seperti Shina melihat saya di anak-anak tangga terbawah." Semoga, Pi'. Kita semua, teman-teman, semoga bisa terus berjalan beriringan, tidak saling meninggalkan :)
ReplyDeleteTentang melakukan sesuatu, saya yakin nanti kau pasti bisa menemukannya. Semangat, sekarang sudah 2014! ;)
Berjalan beriringan? Bukan tidak mungkin tapi susah. Suatu saat nanti kita semua akan pisah-pisah setelah selesai di sini, dan berharap kita tidak menjadi teman angin lalu saja~
DeleteNo no no~
DeleteKita akan selalu ada di sini *tunjuk hati
Kebiasaan saya, kalau saya sudah tidak dengan teman lama kemudian bertemu dengan teman baru, biasanya saya akan 'lupa' dengan teman lama. Tapi karena saya sudah lebih 'besar', saya selalu tetap mau mengingat kalian. Aamiin.
DeleteAh saya membayangkan suatu hari nanti, saat semuanya sudah berkeluarga, kita reuni sambil cerita tentang apapun. (terlalu tinggi?)
Aduh,, Aku terharu
ReplyDelete