Family Help Family!

Assalamu Alaikum

Diaaaaaaaan pinjamkan ka' lagi buku mu yang seperti ini! Novel kesekian yang berhasil mengubah sudut pandang saya sebagai seorang manusia keras hati berlogika tumpul.

Kali ini saya membaca Novel series 'Setiap Tempat Punya Cerita" edisi Bangkok. Saya tidak menyangka cerita 'Bangkok' ditambah mendengar cerita sedih dari seorang teman benar-benar bisa merubah pendapat saya tentang 'Family'.

Saya banyak mendengar teman-teman sudah menemukan 'rumah-rumah' mereka. Mereka menyebut lembaga yang membuat mereka nyaman adalah salah satu rumah mereka. Actually, if you know, I have different definition about 'family'. And to be honest, their definition about 'home' are a slightly different with mine. AND.. of course I can't tell you about this. Sorry. Why? I think you will abandon me, if I tell you. Peace.

(Kalau ada lagi yang ingin kalian tahu, pola pikir di kepala saya ini sedikit berbeda dengan orang normal lainnya.)

Tapi, tidak mulai malam ini. Dan semoga malam-malam selanjutnya tidak ada yang membuat saya kembali lagi ke definisi awal tentang 'rumah'.

Bangkok. Cerita tentang Edvan yang keras kepala yang justru akhirnya mengerti satu hal penting di dunia ini yang harus kita jaga, setelah berpetualang bergelut dengan teka-teki jurnal 'warisan' ibunya. Kenyataan tentang adik Edvan yang bikin orang-orang di sekitar saya kaget saat sedang membaca. Saya juga kaget. Saya menjerit tiba-tiba. Tentang tour guide asli Thailand, Charm. Lagi-lagi memberitahu saya jalan untuk menjadi perempuan seutuhnya. Juga, tentang kemegahan Bangkok.

To be honest, daripada menikmati bahasa Thai dan deskripsi tentang Bangkok, saya lebih menyukai bagaimana Edvan menerima adiknya yang mengajari saya tentang definisi keluarga yang sebenarnya. Hey, Moemoe Rizal. Terima kasih novelnya. Semoga kau selalu baik-baik saja di manapun kamu berada. :)
Hontouni Arigato.

"Kau tak perlu menerima kehadiran mereka," lanjut wanita itu lagi. "Tapi biarkan mereka hadir karena kita tak bisa menghakimi apa yang mereka lakukan..' (Bangkok. Page 297)

Terima saja fakta kalau mereka ada.
Karena bagaimana pun juga, Edvin adalah bagian dari keluarga. (Bangkok. Page 388-389)

Sesaat sebelum membaca novel ini. Seperti biasa, saya membukanya kemudian membaca halaman-halamannya secara acak. Dan ketika saya tiba di halaman 334, saya langsung tertarik dengan 3 kata bercetak miring di tengah halaman novel ini. Family help family.. Seketika juga saya menggambar ini sambil menyanyikan lagu Dango (^^,)v

Lalu, ada yang menggelitik di halaman 387. Yang membuat saya menyadari satu hal lain.
Namun, ya, dia tampak bahagia. Kalau aku bercermin di kaca etalase pinggir jalan, aku menemukan seorang pria dengan jutaan beban bertengger di pundaknya. Masalah ini lah, masalah itu la. Kalau aku melihat Edvin berjalan sendirian, aku seperti melihat seseorang yang melayang. Dia tampak ringan. Menyingkirkan semua beban di pundaknya. (Bangkok. Page 387)

Saya melihat Edvan di diri saya. Yang terlalu sering bermuram durja. Memasang tampang murung. Sekali lagi seperti dulu. Mana ada yang ingin mendekati kalau wajah masam begitu.

Juga setelah mengikuti kelas sebelah sore kemarin, saya melihat Ramdhan di tempat duduk yang sempat saya duduki di mata kuliah yang sama sebelumnya. Di kelasnya mendengarkan penjelasan dosen, dia masih Ramdhan yang dulu. Menopang dagu dengan tangan di depan laptopnya, otomatis membuat badannya membungkuk. Sebelumnya, saya juga melakukan itu. Saya kemudian menyadari posisi duduk seperti itu benar-benar tidak baik. Seolah kita sedang tidak bersemangat. Saya belajar dari Edvin. Untuk hidup, hati sama badan harus saling menerima dulu. Dari dulu saya memang sering meremehkan diri sendiri. Saya ingin lebih semangat lagi.

Kemudian saya teringat tentang rapat di lab kemarin. Membuat saya tahu sedikit tentang satu hal yang Kak Bulla dan mungkin semua penghuni bumi tidak sukai. To be honest, may be I am the one of that person, Kak.

Saya adalah orang yang paling sering memperhatikan perkembangan teman-teman sekitar. Whatever, jika ada yang mengatakan saya suka menilai. Whatever, jika Emin bilang mencoba mengenal karakter itu tidak penting.

Walaupun tidak sedetail Ayu. Setidaknya saya jadi tahu bagaimana berteman dengan mereka. Bagaimana supaya saya tidak menyakiti hati teman-teman saya seperti di waktu lalu. Kalau saya bisa mendeteksi karakter orang-orang (Yang ini hanya terkadang, ya. Informasinya pun terkadang hanya berguna untuk saya), Ayu bisa selangkah di depan. Dia bisa tahu how to face them. Bagaimana menghadapi karakter-karakter seperti ini, seperti itu.

Kemudian saya menyadari lagi saat melihat karakter-karakter kakak asisten, Kak Bulla benar-benar menerima mereka. Apa adanya.

Saat Edvan bertemu dua kakak beradik, Monyakul dan Kanok yang berada dalam permasalahan yang sama. Lewat mereka Edvan sadar satu hal tentang adiknya..

"I love Monyakul. He the best brother in the world." Kanok memeluk Monyakul, yang sedikit pun tak keberatan. "He protect me from bad boys."
"Why did he do that?"
"Because we family!" seru Kanok. "Family help family. If bad boys naughty to me, Monyakul will shoo shoo away. If Monyakul is hungry, I will cook Moo Tad. It is food favorite for Monyakul.
Family help family. Kalimat yang simpel tapi..(Bangkok. Page 334)

Dengan bahasa Inggris berantakan yang masih bisa dipahami, secara tidak langsung Kanok menasihati Edvan, saat Edvan memuji Monyakul, kakak Kanok sebagai wonderful brother.

Kanok tertawa. "Thank you, Mister. Said Monyakul, family not something you can create or shape shape. Family is there for you. For whatever it is. So Monyakul accept who I am. I am happy to hear that, mister.."(Bangkok. Page 335)

Lalu apa yang terjadi dengan Edvin dan Kanok. Kenapa Edvan awalnya begitu susah menerima Edvin. Baca sendiri novelnya? :p Saya sendiri pun, sampai sekarang belum bisa menerima orang-orang seperti Edvin.Tapi, seperti kata Kak Bulla..


Oh iya tentang rencana kelas sebelah yang sempat saya dengar tadi, semoga berjalan lancar. Saya juga ingin. Di kelas saya. Di kelas kalian. Tapi, itu internal. Saya tahu. Maafkan. Semoga kalian lebih baik lagi.

Fitrah Amalina.
Ah, saya begadang lagi!

Comments

Post a Comment

Thanks for Read..
hope you Like and give your comment :D

Popular Posts