Menyapa 'Orang yang Ku Sukai'

Assalamu Alaikum
Chapter II 5 Centimeters per Second
Soredemo.. Soredemo watashi wa kimi no koto kitto Itsu made mo, kyō, asatte..
Yappari sukinandatomo..
Teman dari masa lalu datang. Marah-marah.
Dia tidak suka dengan krisis kepribadian yang saya alami. Dia tidak suka, betapa saya seringkali terlalu Over self-critical, restrict self, and of course sensitive. Dia benar-benar tidak suka.

Juga tentang "menyukai". Dia tidak suka betapa saya seringkali menekankan "saya belum pernah disukai oleh orang yang saya sukai". Dia mengingatkan saya lagi tentang perasaan mereka-mereka. Perasaan untuk saya yang sempat mengisi hati mereka. Saya lebih memilih mengatakan mereka salah paham dengan "rasa" yang mereka rasakan. Tidak mungkinlah mereka suka (sama saya?).

Tidak berhak menjudge? Saya punya alasan. Untuk teman berandalan baik hati itu, yang kamu bilang mengaku sempat menyukai (saya?) saat masih kelas dua SMA. Mungkin, karena saya bisa menerima cara berpikirnya yang minoritas, dia jadi menilai saya lebih. Tapi, saya tahu "rasa" yang dia rasakan bukan seperti itu. Toh, saat kelas tiga dia mengakui bahwa dia menyukai seseorang. Yang bukan saya.

Untuk teman yang selalu melebur di lingkungan perempuan itu, yang juga mengaku menyukai (saya?). Mungkin, karena saya sering mendengarkan ceritanya setelah dia putus dengan pacarnya. (Saat itu saya berpikir) Ada yang  mendengarkan saat merasa sepi, bisa jadi pemicu kita salah mengartikan "rasa". Toh, sebelum-saat-setelah dia pacaran, kita memang sudah berteman dan saling bercerita. Saya tidak tahu apa saya dulu melakukannya dengan baik (saat menolaknya), mencoba memberi tahu ke-salahpaham-an rasa itu. Setidaknya, sampai sekarang kita masih baik-baik saja. Dia jadi salah satu teman yang selalu saya ingat saat susah. Heheh ^^v

Dan saat dia mengingatkan tentang 'orang yang ku sukai' dulu (selama 3 tahun) itu. Sebenarnya, itu agak menyesakkan dada. Saya sering menghindari untuk membahasnya. Tapi, hari itu saya tidak bisa mengelak. Dia membicarakannya. Rasanya seperti bernafas dalam air. Sesak.
Dia mengingatkan tentang message di facebook yang dikirimkan oleh 'Orang yang kusukai' dulu. Baiklah, mari sebut nama. JENGJENG! Mari, kita memanggilnya, Min. Saya suka memanggilnya begitu.

Tentang message di facebook yang dikirimkan Min saat masih kelas satu. Dia mengingatkan kalau Min sempat memberitahu perasaannya lewat kalimat-kalimat itu. Tapi, kau tahu saya? Menanggapinya dengan bercanda. Sungguh keterlaluan. Padahal, saya menyukainya juga. Dulu, saat itu, saya selalu membedakan 'pernyataan cinta' dan 'menembak'. Min tidak pernah bilang ingin pacaran. Dia hanya bilang menyukai. Jadi, ketika ada teman kelas yang bertanya apa hubungan saya dengan Min. Saya bilang tidak ada. Sungguh keterlaluan. Salahkan saja teori dan kerumitan atau bahkan kepolosan saya berpikir saat itu.

Saat mengatakan itu, Min melihat saya. Dan.. yang terjadi adalah hubungan yang rumit yang selanjutnya saat kelas dua, Min memutuskan untuk berpacaran dengan adik kelas yang cantik (yang sebelum pacaran sering cerita ke saya kalau dia juga menyukai Min). Kemudian diakhiri dengan saya yang masih menjaga rasa hingga berbulan-bulan setelah Prom Night dan acara perpisahan sampai saat reunian.

Ketika teman yang selalu baik itu, yang saat itu baru putus, mengaku menyukai saya saat kelas tiga. Saat Widi bertanya, "apa jawabanmu?". Saya baru sadar "pernyataan cinta terkadang juga berarti ia ingin bersama kita". Saat itu saya baru menyadari semua yang terjadi saat kelas satu. Terlambat.

Lalu peristiwa 'penembakan' yang hanya saya beritahukan ke Awal dan Iwan yang entah bagaimana akhirnya juga diketahui oleh Ramdhan, itu juga benar-benar salah paham rasa.

Tapi, ketika rasa itu datang lagi. Ketika semua yang telah terjadi, terjadi lagi. Seolah diuji, apa yang akan saya lakukan saat dihadapkan pada rasa dan situasi yang sama. Itu benar-benar bikin gelisah.

Mengabaikan perkataan Iwan kemudian dikatakan lagi oleh Ayu sabtu malam lalu, "Tidak ada orang yang tidak disuka, Pi'." Melihat kenyataan orang yang disukai menyukai orang lain, benar-benar selalu menepis harga diri.

 ***

Ketika dihadapkan pada situasi ini lagi. Mengetahui orang yang disukai menyukai orang lain.
Menyadari belum cukup 'perempuan' untuk bisa disukai.
 Membuat kurang menghargai dan membatasi diri.
Menemukan semua kekurangan.
Mengapa harus terjadi lagi?
"Saat itu apakah kau benar-benar pernah menyukaiku?"

***

 Hai, orang yang ku sukai. :)
Saat ini, teman-teman mulai menerka siapa kamu. Dan itu sangat membuatku gelisah.
Bagiku perasaan seperti ini sangat berharga. Bahkan, kalau bisa hanya aku saja yang tahu.
Itu, kalau bisa..

Sejak tahun pertama mulai sadar menyukaimu, aku selalu menikmati saat itu.
Tapi, aku tahu kamu menyukai seseorang. Aku tahu, karena aku menyukaimu. Aku tahu.
Tak perlu keyakinan yang tinggi, karena akhirnya kamu juga memberi tahu kalau kau menyukainya.


Saat itu perasaan tidak karuan selalu menyelinap. Setiap hari waktu ke kampus berubah menjadi suasana yang membuat hatiku pahit. Udara terasa menyakitkan. Sama seperti saat sekolah dulu.
Aku melewati hari-hari itu dengan tidak begitu baik.
Aku mencoba memperbaiki semuanya.
 We can be together only in my imagination. Such a sorrow.
I keep on telling myself, it's lucky to meet you.
But, this lucky has ended for so long.
Leaving only the past and the reality without a clue
There’s no way to move forward,
there's only the desperate hope of this waiting soul.
(Pay Dahn-See Scape OST. Hormones)
 
Yang membuat ku gelisah bukan karena hal itu. Bukan karena kamu menyukai orang lain. Bukan.
Tapi, janji yang ku buat dengan teman-teman. Memberi tahu siapa kamu.
Yang mengerikan untukku adalah mereka mencoba menerka siapa kamu.
Tentu saja, tidak apa-apa jika mereka ingin tahu. (Aku pun terkadang begitu.)
Tapi sejujurnya, aku tidak bisa baik-baik saja dengan ini.

Itu karena aku tidak pernah mencoba menceritakan siapa kamu. Berusaha tidak perlu ada yang tahu. Menyembunyikan semua sikap-sikap manis. Menyembunyikan kekhawatiran-kekhawatiran saat tahu kamu sedang tidak baik-baik saja.
Sudah lebih dari cukup aku tidak bisa menulis tentangmu secara detail, tidak mampu mengungkapkan perasaan yang sebenarnya dengan baik, karena ketakutan. Takut orang-orang tahu.

Yang membuat gelisah adalah ketika mereka tahu siapa kamu.
Apa mereka akan mengatakan "Ah, pantas!"
Karena sejujurnya aku sudah berdamai dengan rasa ini. Sejak mengetahui kamu menyukai orang lain. Aku tidak berharap lebih. Hanya menyukaimu.
Memutuskan untuk berteman saja.

Aku berteman denganmu bukan karena semata-mata aku menyukaimu. Tapi, kamu benar-benar pantas menjadi seorang teman. Karena, jujur ku akui ketika aku hanya berteman denganmu karena aku menyukai mu itu akan membuatku lebih sakit lagi.
Aku berteman denganmu karena aku benar-benar ingin berteman dan kamu orang yang bisa dipercaya.

Ketika aku memberi tahu tentangmu. Yang kutakutkan, kita tidak bisa baik-baik saja. Walau kamu lebih tua entah mengapa aku selalu bisa menghargaimu.
Hari ketika aku, kamu, dan mereka menyadari aku yang menyukaimu, adalah dimulainya hari, kita tidak bisa baik-baik saja. Sore ga kowakatta, Itu yang kutakutkan.



Hari ini, aku menuliskan tentangmu. Semakin hari  mungkin akan semakin sedikit.
Ketika hari itu tiba, hari dimana aku harus memberi tahu siapa kamu. Aku benar-benar tidak akan bisa lagi menulis tentangmu. Tidak bisa lagi. Benar-benar tidak bisa.
Juga, aku tidak tahu apakah aku menyesal ikut bermain jujur-jujuran saat itu. Ini untuk pertama kalinya, aku yang harus memberi tahu..
 tentang orang yang ku sukai

 Sebelum-sebelumnya teman-temanku hanya mencoba menebak dan pada mereka yang kupercayai ku beritahukan yang sebenarnya.

Aku benar-benar hanya ingin tahu, mengapa aku menyukai orang-orang yang menyukai orang lain.
 
 ***

Lalu pertanyaan seorang teman saat kuliah Math Instructional Model & Strategy, tentang yang mana lebih baik? Saling tahu (saling menyukai) tapi tidak bisa bersama atau kita tidak pernah tahu sama sekali, hanya menyukai?
Dengan serampangan, memilih pilihan pertama. Mungkin lebih baik kalau saling tahu, walaupun tidak bisa bersama.

Saya sok tahu memiliihnya. Maaf. Saya belum pernah merasakan keduanya. Saya hanya tahu rasanya pilihan kedua. Saya hanya tidak mau kamu kelelahan berada di ombak keraguan dan berakhir di pantai 'aku menyukainya dan dia tidak tahu apapun tentang itu'.

Tidak bisa ku pungkiri, hari ini, tahun kedua sejak hari itu. Aku masih menyukaimu. Maafkan untuk itu semua.
Maybe, I'm just Chapter II of 5 Centimeters per Second in your life.

Fitrah Amalina.
Masih berlangganan menatap punggungmu menjauh.
PRETTT!

Comments

  1. "Saling tahu (saling menyukai) tapi tidak bisa bersama"
    Untuk pilihan pertama itu, saya tahu rasanya..... ;)
    Dan, rasanya lebih pahit ketimbang mencintai dalam diam... :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Berarti, kakak..sudah merasakan keduanya?
      Kalau diberi pilihan itu, Kak Imam akan pilih yang mana?

      Delete
  2. Saya tetap milih pilihan kedua, Pi'. Alasanku, dibanding yang pertama itu lebih bikin sakit hati. Demi apa, harus saling tahu kalau saling suka, tapi memang tidak bisa sama-sama? Saling tahu, masih belum cukup, menrutku. Baiklah, kalau di antara keduanya saling menerima, tapi kalau ada yang masih belum bisa terima takdir? Ini karena saya juga pernah rasa keduanya :D
    Pilihan kedua, saya (sampai sekarang) masih senang "ngumpet" di balik tembok sambil memandang orang yang disukai. Mungkin saya hanya terkesan egois, atau terlalu mencintai diri sendiri, tapi biarmi perasaanku tertahan dalam hati saja. Dia juga. Ah, kau jengkel 'kan? Dengan orang-orang yang saling menyimpan rasa dalam diam, padahal di antara mereka ternyata memendam rasa yang sama. Semoga, saya termasuk yang kau jengkeli. :v
    Tapi, pilihan masih tetap tergantung dari personalji, Pi'. Karena tiap orang berbeda-beda pengalamannya, berbeda pula cara menyikapinya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebenarnya sudah mulai menentukan sikap, tapi sekarang jadi bingung.

      Delete
    2. Wal, sudah ku putuskan malam ini.
      Mauka' ralat atau bisa kau bilang melanggar janji 'rahasia sampai mati' itu.
      Sudah ku putuskan mauka' kasi tahu ki..
      Memang belum sekarang, tapi sudah mka tentukan deadlinenya.
      Nanti.. harus ku kasi tau

      Fitrah Amalina
      April 2, 2014
      12:12 AM

      Delete
    3. Bukannya kalian sudah saling tahu? Atau saling sok tahu? :)

      Delete
    4. Benarkah? Kau melihatnya seperti itu?

      Delete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  4. Jawabanku terangkum semua dari komentar di atas... -_-
    Tapi, tetap saja, saya tidak mau lagi jadi orang pemendam. Betapa melegakannya ketika semua sudah tersampaikan. ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. "Melegakan", mungkin bisa jadi pertimbangan. Saya juga ingin memberitahu..

      Delete

Post a Comment

Thanks for Read..
hope you Like and give your comment :D

Popular Posts