Gara-gara Nasi Goreng

Semalam, bersama ibu, saya makan nasi goreng yang dibelikan oleh bapak, Paris, dan Inna. Saya dan ibu sama-sama tidak menghabiskannya. Bukan tidak enak, tapi entah kenapa saya dan ibu sama-sama tidak menghabiskan padahal saat itu sedang lapar-laparnya.

Pagi tiba. Padahal semalam tidak sedang bermimpi buruk, tapi perasaan sangat tidak enak. Asam lambung sepertinya berkejaran untuk memberikan suara terindahnya. Saya tidak begitu baik saat mencoba bangun.

Melihat ibu di tempat tidur Paris. Mengatakan ia juga sama sakitnya dengan saya. Dengan kondisi seperti ini, ibu tetap memaksakan diri mencuci baju. Ikutlah saya ke belakang, untuk mencuci baju. Berjalan. Sambil memegang perut. Seperti ibu.

Jam dinding di rumah sudah menunjukkan pukul 11. Saya tidak sanggup lagi untuk berdiri terlalu lama. Lebih-lebih ibu. Ibu mengeluarkan segala macam obatnya. Mengobati dirinya secepat mungkin. Juga mengobati saya. Mengatakan mungkin ini karena nasi goreng semalam.

Setelah sama-sama tertidur selama dua jam di tempat berbeda (saya di kamar Inna, ibu di tempat tidur Paris), rasanya agak baikan. Tapi, rasanya masih lemas.

Fitrah Amalina
(Maaf, Fita. Lagi-lagi mengecewakan mu hari ini. Saya tidak bisa membantu mu.)

***

Kemarin ulang tahun Rais. Bulan ini Iis, Mariska, dan Ayu juga ulangtahun. Tapi, saya bahkan tidak sempat mengucapkan apapun untuk disampaikan ke mereka. Hanya sapaan yang menggantung di langit-langit kamar juga doa manis sebelum tidur untuk kalian yang sempat saya kirimkan.
Ah, maafkan saya.

Comments

Popular Posts