Just Hurts

Sangat menyakitkan ketika ada yang mengatakan nilai Analysis Real yang saya dapatkan bisa bagus karena dosen pengampu mata kuliah adalah bapak saya sendiri.

Saya tahu, saya tidak seperti Iwan yang masih bisa ditanya-tanya tentang mata kuliah yang dipegang oleh bapaknya. Sementara saya yang terlihat tidak peduli dengan tugas-tugas Anaalysis Real, Iwan masih bisa membantu bahkan bisa menjelaskan tentang Assessment.

Atau ketika kakak-kakak mulai menanyakan langkah penyelesaian soal-soal rumit yang bahkan belum pernah saya pelajari, mengatakan "Masa' anaknya bapak tidak tahu yang begini" dengan santainya. Saya sudah terbiasa dengan sakitnya. Saya menahannya hingga semester 4. Semester 4 itu hampir dua tahun kalau kalian lupa.

Maksud saya, saya tidak sepintar itu.

Saya tidak apa-apa jika orang lain yang mengatakannya. Hanya saja, itu sangat menyakitkan ketika teman sendiri yang mengatakannya. Mengatakan nilai ujian saya seperti ini seperti itu.

Kalau kalian tahu, saya belajar keras untuk satu ujian itu. Saya bertanya kesana kemari. Saya beberapa hari tidak tidur. Menyiksa diri supaya paham. Saya sakit.

Seperti hal yang dialami Yusran. Saat ada yang mengatakan Yusran bisa santai belajar ka pintar mi. Asal kalian tahu, Yusran belajar matimatian juga untuk bisa paham satu teori. Dia benar-benar belajar.

Saya tahu, saya hanya harus menghadapinya. Saya tahu. Ini hanya masalah kecil. Saya hanya merasa sedih dengan ini. Itu saja.
Saya baik-baik saja.

Comments

Popular Posts